Seperti biasanya aku terus memandangmu dengan liar dibalkon kelas, melihat setiap gerak gerikmu yang selalu membuat bibir ini tertawa kecil, melihat ulahmu yang sepertinya sudah ku hapal setiap urutannya. berkali- kali aku lakukan itu, tanpa rasa bosan dan niat untuk berhenti melakukannya. Memandangmu dari jauh lalu berharap sebebasnya, itu adalah sebuah kebiasaan bodohku, berharap tentang suatu hal yang sudah jelas- jelas tak jelas, ya betapa bodohnya aku, yang terus mengharapmu, sedang kamu terus mengharapnya.
Heii, kamu! laki- laki yang telah membuatku move on dan kembali membuatku down karena ulahmu, cobalah untuk melirik sebentar ke arahku, cobalah perhatikan setiap perthatianku yang tak pernah usai untukmu, cobalah rasakan betapa besar rasa yang tertuju dari hatiku untukmu, cobalah bangun, bagun dari mimpimu lalu bukakan kedua matamu untuk melihat betapa sabarnya aku yang selalu menunggumu disaat kamu tak hentinya menunggu wanita itu. Cobalah untuk melihatku dengan kedua matamu, bukan dengan sebelah matamu!. -Aah si** nampaknya sisi egoisku mulai menggebu.
Entahlah seberapa bodohnya aku yang terus menantimu disaat sudah jelas- jelas kamu masih terus menanti wanita itu, seberapa bodohnya aku yang terus memaksamu untuk berhenti menunggu wanita itu, sedang aku terus menantimu dalam ketidak pastian, sebarapa bodohnya aku yang benar- benar tak berani ungkapkan perasaan.
Ya, nampaknya dalam hal ini aku sangat terlihat bodoh, beraninya mencinta seseorang yang masih mencinta wanitanya.
Hei kamu, bisakah kamu berhenti menunggu dan memperjuangkannya? karena disini, akupun ingin diperjuangkan oleh laki- laki yang aku cintai, yaitu kamu..
untuk kamu yang tak henti menunggu dia
dari aku yang dalam diam menunggumu